Sedih

Awal 2024 menjadi kisah sedih di ceritaku. Pertengahan Januari, kami ditinggalkan oleh oom Goek, adik mamaku, selama lamanya. Padahal baru tahun lalu, adik mamaku yang perempuan, tante Cepit kembali ke ribaan Allah SWT karena sakit. Mama sedih banget…. Aku pun begitu.

Seperti luka yang belum sembuh, kembali terbuka. Sakit.

Belum sembuh luka itu, tetiba Papa ku masuk Rumah Sakit. papa yang sudah gak aktif sejak 2002 karena stroke, tetiba tensinya rendah banget. Kami langsung membawanya di IGD dan sempat mondok di ICU nya selama 2 malam. Its hard.

Aku gak tau gimana mendeskripsikan perasaanku. Sedih, marah, capek, kecewa, kuatir. Semuanya jadi satu. Pikiran2 negatif berseliweran di kepalaku. Gak berhenti berhenti. Capek. Jelas.

Sampai saat ini aku masih bergulat dengan keparnoan ku sendiri. Tidak hanya karena kondisi papa, tapi juga kondisi ku sendiri.

Aku jadi merasa egois. Tambah merasa bersalah. Dan hal yang gak kumau pun terjadi. Aku kayaknya mulai stress deh heheheheheheh

Semoga keadaan mulai membaik, papa balik ke rumah dalam keadaan sehat, mama gak sedih lagi, semua sehat sehat sehat.

Terus nanti hasil MRI ku baik.

Aamiin

Padahal aku jarang solat. Apa dah.

Stamina

Minggu kemaren, akhirnya, saya belajar nyetir. Masih belajar sih, jadinya masih ndut ndut an dan di lapangan deket rumah aja.

Tapi, imbasnya gak maen-maen.

Saya tau, kalo setelah sakit, stamina saya memang drop se drop drop nya, tapi saya baru sadar, stamina saya masih drop.

Bayangin aja, habis belajar nyetir, otot-otot kaki saya, kanan dan kiri, nyut nyut an. Kayak abis olahraga berat. Ples kondisi saya menurun, mulai dari mual di pagi hari sampai ada rasa panas di dada, ulu hati, dkk. Capekkkkkk….

Untungnya, per dua hari yang lalu, semuanya udah jadi ringan. Walaupun panas nya masih ada. Tapi jauuuhhh lebih ringan dari awal-awalnya.

Saya sih berharap semua baik-baik aja. Saya masih minum vitamin herbal demi stamina kok. Kegiatan yang belum berhasil adalah olahraga. Saya udah skip jalan pagi sebulan ini hehehe. Harapan nya bisa naikin stamina si jalan pagi ini.

Cantik itu Luka

Salah satu pembelian buku impulsif. Di tengah mall, dikasih tau ada diskonan, pas banget buku yang udah luamaaaa banget dipinginin.

Tadinya masih mau bertahan, tapi eh jenguk habis didiskon murah bangettttttttt…

Adududududududududududuhhh

Ditambah godaan racun iman dari ibuk Lina yaaaaaa… I blame you, girl! 😆😆😆

Akhirnya beli juga. Dasar jempol g tau aturan, maen klik aja.

Finally….

Perubahan nggak pernah Mudah

Di awal tahun 2020, peneliti di lembaga saya diwajibkan memilih, apakah akan tetap berkarier sebagai peneliti atau berpindah jabatan menjadi pamong. Pilihan yang mengagetkan dan menyebalkan bagi saya. hal ini jadi pelik, ketika ada keadaan khusus yang menyatakan bahwa kalau jadi peneliti, kamu harus pindah ke sebuah lembaga baru,karena lembaga kami sudah tidak memiliki tugas sebagai lembaga penelitian.

sesungguhnya, saya gedeg, emosi, karena saya seperti ditipu. sudah susah payah saya jadi peneliti di lembaga yang sekarang, mengapa harus dirubah seperti ini? lelah, terus usaha saya selama ini sudah hilang begitu saja?

namun begitu, akhirnya saya memilih untuk jadi pamong, karena sadar diri bahwa otak saya nggak secerdas dan seulet itu untuk jadi peneliti. pun begitu, masih ada sebersit rasa sesal saya , why? why? why? banyak pertanyaan timbul, terus nanti saya gimana? masa depan saya gimana? bahkan sampai detik ini pun, surat kelulusan dan SK Pamong saya belum turun. sungguh bikin resah .

sementara itu, teman saya yang memilih menjadi peneliti, ternyata juga mengalami kegalauan meengenai permasalahannya sendiri. lembaga baru ini hadir juga bukan tanpa masalah. namanya juga lembaga baru, tentunya menghadapi stage persiapan, yang mana persiapan juga butuh waktu. yang membawa perubahan dari pemecatan peneliti yang bukan pegawai tetap, dan beberapa masalah lain yang lumayan

Perubahan yang terasa di kantor kami adalah menyusutnya jumlah pegawai. pegawai yang memilih menjadi peneliti tidak berkantor di lembaga kami lagi. sepi. sedih. tapi itulah keadaan sebenarnya. fakta.

Perubahan ini tidak mudah. saya hanya berharap saya dan teman-teman dapat melalui dengan baik, dan kami menjadi versi diri kami yang lebih baik.

VA : Nasibmu kini

Maaf ya mbak…sejujurnya saya nulis ini karena saya lelah mendengar sekeliling membicarakan topik Va dan keluarganya. atau sebenarnya saya menaiki ombak yang sama? well…

anyway, sejak almarhumah dan suami meninggal dunia sampai sekarang dan entah kapan, media sosial menyiarkan berita secara kronologis. Pemberitaan tidak habis sampai saat pemakaman saja, tetapi meluas sampai ke pembagian waris. wow. luar biasa.

setelah itu merembet ke latar belakang keluarga VA, hingga perebutan hak asuh putra semata wayang VA, Gala. Perebutan ini looks fishy , karena sepertinya dilatar belakangi oleh perebutan harta warisan. again. harta warisan. uwow. bukankah ini luar biasa? seperti drama ya.

Media sosial ramai, segala komentar, baik yang menghujat, berduka cita, sok bijaksana, dan sebagainya. Netizen mengeluarkan segala jejak internet yang tertinggal. Pembicaraan ini tidak hanya di tataran sosial media, tapi sampai ke pembicaraan sehari-hari di lingkungan paling dekat, yaitu lingkungan kita, baiklah….lingkungan saya.

fenomena ini begitu menukik ke dalam lingkungan sehingga dibicarakan dalam keseharian . para pembicaranya pun menjadi mendalami karakter yang ada. Setiap orang tertarik dan mencerminkan dirinya sendiri pada karakter yang dianggap dikenalnya, berasa tetangga sendiri.

Pendalaman karakter ini, misalnya bila ada yang tertarik dengan hubungan dengan VA dan suami, maka yang dibicarakan adalah bentuk cinta mereka, bagaimana kesetiaan dan hubungan kuat yang mereka tampilkan. ibu-ibu bersimpati pada anaknya, Gala yang menjadi yatim piatu . ibu-Ibu akan mbrebes mili bila membayangkan nasib Gala yang memilukan. biila tertarik dengan perebutan harta, maka anda akan menggali mengenai DS, ayah VA yang sepertinya menjadi villain dalam drama ini, karena banyaknya hujatan yang diarahkan kepada DS. Poin kehidupan yang mana yang bikin tertarik? itulah yang jadi pembicaraan.

kegelisahan saya membuncah ketika setiap orang membicarakan cerita Va ini dan berkomentar seakan ini adalah kehidupannya. seakan setiap orang berhak untuk membicarakannya dan menghakimi sesuai dengan keinginan mereka. sesungguhnya saya merasa ini sungguh menyebalkan . namun akhirnya saya juga merasa harus mengikutinya, karena amat nggak asyik saat semua orang membicarakan ini, dan saya cuma terbengong-bengong.

namun, saya sungguh merasa miris dengan fenomena ini. forum ghibah besar-besaran sudah terbentuk, dan masyarakat menyetujui secara tidak langsung bahwa berita ini wajib dibicarakan. mengapa? well, saya juga gak tau. ntar saya tanyain dulu yah.

saya ingin pembicaraan ini mulai dikurangi di media. faedahnya sungguh sangat berkurang. kedukaan kehilangan seseorang jadi mengarah ke pembicaraan yang lebih kacau dan digunakan untuk mencari uang. komodifikasi? dan ini sungguh bikin lelah. sungguh….

tenun dan duit

Bekerja di bidang kebudayaan selalu,always kepentok sama yang namanya duit. Wang. Money. Kepeng. Why? Karena kebudayaan diterjemahkan menjadi alat untuk pariwisata.

Contoh: tenun.kain. batik.

Tenun adalah hasil karya yang rumit. Mulai dari buat benang, ditata, ditenun motifnya sampai selesai jadi kain . Menghabiskan banyak waktu untuk jadi selembar kain itu.

Di sebuah tempat di Ruteng, motif tenun tuh gak digambar. Original dari kepala para penenun. Jadi, kalau tenun macam itu dihargai mahal, yo wajar aja. Usaha pengrajin sampai jadi kain tenun gak main-main. Belum lagi , para pengrajin ini biasanya perempuan, yang menenun sambil urus rumah, sambil urus anak. Yes. Mereka adalah representasi lain dari ibu bekerja.

Dengan harga tenun minimal seharga 1,2 juta , banyak orang bilang kemahalan. Well, saya ngerti. Tapi itu berarti anda bukan pasarnya. …

Saya pun… heheheheh

Musuh besar mereka adalah pengrajin yang bisa menyesuaikan kualitas dan harga. Klo ada yang jual di bawah harga pasar, pasti laku keras. Terus ganggu penjualan. Pembeli juga yg penting punya, kualitas tidak lagi jadi standar.

Kalau dimasukkan ke konteks buat cari duit cepet, tenun susye buat jadi andalan. Tapi percaya deh. Kalo beli dari penenun aslinya dijamin lebih berasa value dari tenunan itu. Dan smoga kita semua juga lebih menghargai budaya dan usaha orang-orang yang mempertahankan budaya itu.

Karena sedih banget ketika budaya yang agung jadi direduksi sedemikian rupa hanya untuk tontonan.

Seseorang tanpa Tapi

Dear seseorang tanpa tapi,

Mari berbagi hari, teh hangat di pagi hari, ditambah gorengan hangat di kala rehat mentari

Mari berbagi nasi goreng, sayur asam, sambal (yang buat kamu ye…) dan sup makaroni

Dear seseorang tanpa tapi,

Keluhan , pujian, sedih, bahagia, naik gaji, bayar cicilan, nemu duit di jalan, dapet bonus dari jajanan
Menjadi cerita selingan di setiap hari…

Tanpa tapi….