Insomnia bikin bingung

Insomnia

Badan saya lagi aneh. Kalau maghrib bawaannya ngantuk. tapi kalo masuk tengah malam nggak mau diajak bobok.

yang ada saya ngantuk kalo di kantor. Hari ini, saya nggal berani beli makanan di pasar, soalnya nggliyut. saya takut kalau naik motor , resiko jatuhnya besar.

apalagi ini hari Senin. Parah banget emang.

Kalau lagi gini, segala insekyur thing is haunting me. pengen pulang, tapi saya pengen keluar kos dulu. Kemarin saya udah seharian di rumah. Cucian saya udah masuk tas kedua, tapi saya super males ke laundry.

Pengen rebahan, tapi di kantor, gimana dong? Walaupun udah bawa bantal sih #eh

ditahan sampe habis istirahat deh. Kalau kuat alhamdulillah, kalau enggak yawes pulang aja. demi nahan ngantuk, udah pesen pisgor by grep dong….duh…semoga cepet datengggg

sekalian belanja deh ntar, nyicil buat keluar kota mingdep.

Doakan saya ya….hihihihihihihi

 

 

Jemput enggak ya?

Polemik seru yang terjadi akhir-akhir ini adalah enaknya ex ISIS itu diajak balik ke Indonesia gak ya?

Well, buat pemerintah sih udah jelas enggak nya 80% ya….

Alesannya juga masuk akal sih, mulai dari paspor Indonesia yang dibakar (iya, dibakar), sampe logika kalau pemerintah menerima para ex ISIS ini di Indonesia lagi, bukan nggak mungkin bibit-bibit ke-ISIS an itu masih ada di kepala mereka .

Mengutip dari Suhardi Alius dalam keterangan persnya di Gedung BUMN, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jum’at, 7 Februari 2020(dalam https://news.detik.com/x/detail/investigasi/20200208/Simalakama-WNI-Eks-ISIS/)

Suhardi juga menegaskan, tak mudah mengembalikan WNI eks ISIS. Sebab pemahaman radikal mereka yang sudah begitu kuat. Saat pemerintah mengembalikan 18 WNI eks ISIS beberapa waktu lalu, mereka sudah lebih dari setahun berlatih di Raqqa, Suriah. “Itu saja butuh tiga tahun dari tahun 2017-2020 untuk beradaptasi, padahal hanya ikut latihan yang langsung bakar paspor. Bayangkan susahnya, tingkat kesulitannya untuk mereduksi, menghilangkan traumatis itu,” ucap Suhardi.

Nah lho….udah gitu, Bapak Suhardi ini juga bilang :

Pada tahun yang sama, BNPT memulangkan 75 WNI yang dideportasi dari perbatasan Turki. Mereka dimasukkan ke Rumah Tahanan (Rutan) Bambu Apus, Jakarta Timur di era Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Mereka terdiri dari tiga generasi (kakek, nenek, ayah, ibu, anak dan cucu). Paham radikal mereka pun sudah kuat. “Pertanyaan besarnya adalah orang menjadi radikal bukan hitungan bulan. Bisa tahunan bahkan lintas generasi, terpengaruh, dan sebagainya. Siapa yang jamin juga itu satu bulan itu baik,” cetus Suhardi.

masalahnya enggak cuma fisik , tapi juga psikis.

Cuma, dalam artikel ini yang dikhawatirkan adalah anak-anak . Anak-anak yang dibawa oleh para orangtua yang memiliki kepercayaan lengkap full sama ISIS.

Orang jawa bilang, ” Anak Polah bapak kepradah” yang artinya anak yang berbuat, orang tua yang kena akibatnya. nah…ini malah sebaliknya , “bapak polah anak kepradah”. Bapak yang berbuat, yang memilih untuk bergabung dengan ISIS, namun anak nya yang menerima akibatnya.

Hey, i dont blame people. but thats the reality.

lagian, anak mah bisa apa, mosok ya nggak ngikut orangtuanya.

Emangnya anaknya enggak bisa diajak masuk ke Indonesia lagi? ya enggak semudah itu, sih…yang pertama, kalau di Indonesia tuh menganut paham ius sanguinis. ius sanguinis adalah hak kewarganegaraan yang diperoleh seseorang (individu) berdasarkan kewarganegaraan ayah atau ibu biologisnya. Jadi, kalau ayah ibu nya memilih untuk nggak lagi berkewarganegaraan Indonesia, anaknya yo ngikut.

Kalau udah gini, negara alias pemerintah pun jadi susye turun tangan kali ya. lha lebih banyak minusnya daripada ples nya.

Jadi, gimana solusinya?

itu yang lagi dipikir sama beberapa pihak.

tapi yokuwi…kita melu urun rembug yo nggak bakal dirungokke yaaa hehehehehe

-lanjutan

Finally, pemerintah udah yaqueen seratus persen enggak bakal njemput/nerima orang Indonesia yang ex ISIS.

Yeppp!!!