MENJADI K-POP :

HEGEMONI BUDAYA KOREA DI INDUSTRI MUSIK INDONESIA

 

LATAR BELAKANG

Budaya pop Korea Selatan (K-pop) tampak sudah mulai digemari oleh kalangan muda di Indonesia. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan dan Surabaya, para muda-mudinya seolah terkena virus Korea. Mereka menggandrungi musik Korea Selatan , drama Korea Selatan, film Korea Selatan, baju Korea Selatan, gaya rambut Korea Selatan, bahkan sampai bahasa Korea Selatan.

Kegandrungan kaum muda terhadap budaya pop Korea Selatan tidak begitu saja terjadi.  Kehadiran K-pop sangat terkait erat dengan budaya pop Jepang. Hal yang sama dengan yang terjadi pada awal kemunculan budaya pop Jepang juga yang menjadi pemicu lahir dan berkembangnya K-pop. Jika budaya pop Jepang muncul untuk melawan arus kuat budaya pop Barat (Amerika), maka K-pop justru muncul untuk menandingi membanjirnya aliran budaya pop Jepang yang masuk ke Korea Selatan. Korea Selatan  berusaha membendung budaya pop Jepang dengan menciptakan budaya pop mereka sendiri.

K-pop mulai muncul pada akhir dekade 1990-an (www.k-popped.com/2007/08/manhwa.htm). Pada masa itu, J pop telah lebih dulu eksis semenjak akhir era 80-an. Meluasnya J pop ke seluruh Asia juga sangat berpengaruh di dalam negeri Korsel. Para remaja dan kaum muda di Korsel yang semula sangat kebarat-baratan perlahan mulai kejepang-jepangan. Kaum muda Korsel menjadi sangat terbiasa dengan manga (komik), anime (film kartun), dorama (drama) dan musik Jepang. Pemuda pemudi Korsel pun mulai bergaya ala kaum muda Jepang. Dandanan harajuku style yang terkesan aneh tapi unik juga diadopsi oleh kaum muda Korsel.

Perang yang pernah terjadi antara Korea-Jepang membuat munculnya sentimen anti Jepang di kalangan pemerintah dan sebagian masyarakat Korsel. Akibatnya, timbul reaksi negatif dari pihak-pihak (terutama pemerintah) yang tidak menyukai dominasi produk budaya Jepang di Korsel.  Mereka kemudian melakukan perlawanan dengan cara menciptakan K-pop, yang diharapkan bisa menahan gelombang budaya pop Jepang di Korsel (www.ugm.ac.id/files/suray_daryl/KsnBhys/K-pop.doc). Usaha K-Pop pun mendapatkan hasilnya, K-pop menjadi tren hampir di seluruh dunia.

            K-Pop Culture yang begitu cepat merasuki dunia dijuluki sebagai gelombang/halyu/wave.

The term ‘Hallyu’ was first introduced by the Chinese media as ‘韓流’ to describe the Korean entertainment boom in China since the late 1990s. The Korea Tourism Organization (2004) defines Hallyu as the recent cultural phenomenon of South Korean pop culture sweeping through China, Japan, Taiwan, Viet Nam, Singapore, Thailand and other Southeast Asian countries. South Korean TV dramas, pop music, and their stars are at the center of this wave. The term’s meaning has now expanded to include the popularity of anything ‘Korean’ including Korean cuisine and language.  ( Kim Eun Mee & Ryoo Ji Won : http://international.ucla.edu/calendar/showevent.asp?eventid=6106 )

( Halyu sendiri adalah terminologi yang diekspresikan di dataran Cina untuk menjelaskan dahsyatnya pengaruh dari sektor entertainmen Koresa Selatan di China sejak akhir tahun 90an. Organisasi Kepariwisataan Korea (2004) mendefinisikan Hallyu sebagai fenomena kebudayaan pop Korea Selatan yang telah terkenal di China, Jepang , Taiwan, Viet Nam, Singapura , Thailand dan negara-negara di Asia Tenggara melalui drama, musik pop dan bintang-bintang drama sebagai pusat dari gelombang. Makna terminologi ini telah diperluas dengan memasukkan apap pun yang berbau Korea Selatan, seperti makanan dan bahasa Korea. )

            Seperti yang ditulis di atas, budaya Korea Selatan atau yang biasa disebut K-Pop, cenderung dapat diterima di Indonesia, seluruh Asia, bahkan dunia. Keberadaan geografis Indonesia yang berada di antara 2 benua dan 2 samudra, memang membuat Indonesia rentan akan masuknya berbagai pengaruh dari berbagai negara.  Namun, walaupun produk-produk dari Korea Selatan telah memasuki wilayah Indonesia sejak lama, penulis tidak melihat adanya kegandrungan pada K-Pop selain pada awal 2010 sampai dengan sekarang.  Saat ini dalam industry music Indonesia  , tidak dapat dipungkiri lagi,  banyak grup vocal yang senada dan seirama dengan grup vocal Korea Selatan.  Mereka menyamai dari bentuk tarian sampai make up, bahkan pencitraan diri.  Dan hal ini digemari oleh public Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penayangan di televise yang mengetengahkan berbagai vocal grup yang bergaya a la K-Pop.

Pertanyaannya adalah  apa faktor yang membuat K-Pop mudah diterima oleh berbagai negara, sehingga menjadikannya hallyu  yang menguasai dunia?  Dari fenomena K-Pop ini, bagaimanakah pola penginjeksian ‘kepercayaan’ K-Pop ini pada masyarakat luas? Dan apakah pengaruhnya bagi industry di Indonesia, khususnya industry musik?

INDUSTRI MUSIK DI KOREA SELATAN

            Pada awalnya, penulis berpendapat bahwa industry music di Korea Selatan ini agak ketinggalan karena banyaknya produk boyband. Penulis berpikir bahwa bila mereka mengikuti atau mencontoh boyband ala Amerika atau Eropa, mereka agak mengalami keterlambatan. Namun, setelah menyaksikan beberapa variety show Korea Selatan seperti Come To Play, Win Win, Strong Heart dan lain-lain, ternyata konsep boyband ini sudah ada sejak tahun 1990an.

            Mengacu pada sejarah SM Entertainment[1], pada tahun 1996 lahirlah boyband yang bernama HOT (Highfive Of Teenagers) kemudian dilanjutkan dengan Shinhwa di tahun 1998. Bentuk boyband ini menjadi tradisi di industry music K-Pop karena bentuk boyband ini berlanjut sampai saat ini. Pada saat ini, yang sedang terkenal adalah TVXQ, Super Junior, Shinee, Beast, M-Blaq, dan BigBang.

  1. SUPER JUNIOR                                                                                                 Super Junior (Suju atau SJ) adalah boyband asal Korea Selatan yang dibentuk oleh SM Entertainment sejak tahun 2005. Super Junior awalnya memiliki 13 personil,
  1. TVXQ/DBSK

DONG BANG SHIN KI begitu dibacanya. terdiri dari 5 orang yaitu Max changmin, U-know Yun ho (leader) , Hero Jae Joong, Micky Yoo Chun, dan Xiah Jun Su. Mereka debut pada tahun 2003. Kelompok Fans mereka dinamakan : Cassiopeia. Mereka dibawah naungan SM Entertaimen. tapi mereka dikabarkan telah terpecah menjadi 2 grup karena ada masalah dengan manajemen mereka. Jaejoong, micky yoochun dan xiah junsu bergabung jadi satu grup bernama JYJ. sedangkan Yunho dan Changmin tetep sebagai DBSK walau cuma berdua.

             Selain konsep boyband, industry music Korea Selatan juga menggandrungi konsep girl band sejak tahun 1997 dengan hadirnya girlband SES (Sea Eugene Shoo) dan disusul oleh FinK.L dan Baby V.O.X.  Konsep ini berlanjut sampai sekarang, dengan girlband Girls Generation, Wonder Girls dan 2NE1.

  1. Girls Generation/SNSD/So Nyeo Shi Dae

SNSD – Girls’ Generation adalah grup penyanyi wanita Korea Selatan yang dibentuk SM Entertainment. Mereka terdiri dari 9 anggota: Yoona, Tiffany, Yuri, Hyoyeon, Sooyoung, Seohyun, Taeyeon, Jessica, dan Sunny. Singel perdana “다시 만난 세계 (Into the New World)” dirilis 2 Agustus 2007. Kedua album mereka masing-masing telah terjual lebih dari 100 ribu kopi.

  1. WONDER GIRLS

Wonder Girls (bahasa Korea: 원더걸스) adalah grup penyanyi wanita Korea Selatan. Produser mereka adalah penyanyi/pencipta lagu Park Jin-Young, dan berada di bawah manajemen JYP Entertainment.] Kelima anggota pendiri Wonder Girls dipilih melalui audisi. Pertama kali membuat debut awal 2007.

 Dari berbagai sumber disimpulkan bahwa para bintang Korea Selatan ini melalui jalan yang berliku-liku sebelum mencapai ketenarannya saat ini. Mereka harus melalui sistem audisi di agensi-agensi entertainmen kemudian mereka akan menjadi trainee[2] di agensi tersebut. Saat menjadi trainee mereka digembleng sedemikian rupa, untuk mahir bernyanyi dan menari, agar kemudian dapat segera debut di dunia music Korea Selatan. Lama menjadi trainee tergantung dari kemampuan calon artis tersebut, ada yang dalam hitungan bulan sudah mampu debut, namun ada juga yang memakan waktu bertahun-tahun.  Dalam agensi ini, trainee dibentuk untuk menjadi produk-produk yang dapat ‘dijual’ di dunia hiburan.

            Proses menjadi trainee ini juga membentuk hubungan senior-junior di dalam sebuah agensi dan atau di seluruh dunia hiburan. Umumnya, siapa pun yang debut[3] terlebih dahulu akan menjadi senior (sunbae) , sedangkan artis yang debut di kemudian hari disebut junior (hoobae). Hubungan sunbae-hoobae ini tidak memperdulikan usia yang sebenarnya, sehingga yang dihargai adalah prestasi dan usaha para artis atau pekerja seni ini dalam berjuang untuk mencapai tujuan para calon artis,yaitu debut. Proses ini dilakukan oleh seluruh bintang K-Pop.

PENGARUH BUDAYA KOREA PADA INDUSTRI MUSIK INDONESIA

Musik Indonesia merupakan unsur yang terlihat sangat terpengaruh oleh hadirnya K-pop ini. Hal ini dikuatkan dengan banyaknya boyband atau girlband yang memiliki ciri yang serupa dengan boyband atau girlband yang berasal dari Korea Selatan wara-wiri di seluruh acara musik di televisi Indonesia.  Berikut beberapa boyband yang beraroma kental K-Pop

1.    SM*SH (SMA*SH)

Mereka tampil berani menghadirkan konsep baru berupa lagu yang dipadukan dengan dance dengan nilai tambah wajah ganteng dari para personilnya membuat reaksi kontroversial dari penikmat musik. Mereka mendapat banyak hujatan dari penggemar musik Indonesia bahkan dari para penggemar musik Korea. Mereka juga bisa dibilang sebagai perintis munculnya para boyband.

 2. HITZ

 Boyband ini terdiri dari 3 orang dan salah satunya berasal dari Korea asli. Mereka terdiri dari Lee Jung Hoon, Iwan Chandra dan Ferdinand

3. DRAGONBOYZ

 Boyband asal bandung dibawah manajemen Top Mandiri (TM) Management. terdiri dari 5 orang yaitu Lukas, Harrimand, Alam, Riza dan Bagus.

 4. Max 5

 Walaupun secara format, Max5 hampir sama dengan SM*ASH, namun genre dari boy band yang digawangi oleh Ficky, Bayu, Fendi, Reggie dan Taufik ini memang sedikit berbeda karena lebih mengandalkan kualitas vocal yang prima dengan iringan pop dance. Hal ini diperkuat dengan keterlibatan salah satu pentolan pasto dalam penggarapan musik mereka. Maka, jadilah sebuah lagu yang berjudul Cinta Rahasia yang video klipnya telah muncul di youtube dan sebentar lagi pasti akan masuk dalam jajaran tangga lagu Indonesia yang paling banyak di request oleh masyarakat Indonesia. Mereka mengaku kehadirannya di belantika musik Indonesia sedikit terlambat dari pendahulunya dikarenakan adanya pergantian beberapa personil di tubuh Max 5. Dan kini, dengan berada dibawah payung Hits Record, mereka mencoba peruntungan di dunia musik Indonesia dengan memberikan karya2 terbaik untuk seluruh masyarakat Indonesia.

  1. COBOY JUNIOR

 Coboy Junior adalah nama dari boyband anak kecil indonesia yang beranggotakan 4 orang yaitu Iqbaal, Bastian, Rizky dan Siregar. Boyband ini masih dalam kategori boyband baru. Semua anggota coboy junior pernah bermain dalam Musikal Laskar Pelangi. Mungkin dari situ ke empat anak ini membuat rencana untuk membentuk boyband junior. Karena masih kecil, ke empat personil coboy junior terlihat lucu dan imut.

Sementara para girlband diwakili oleh :

1. 7 icons

 Girlband pertama yang muncul di Indonesia. Disebut-sebut sebagai pasangannya SM*SH. Seperti Suju dengan SNSD. Apalagi mereka juga pernah muncul di TV Series SM*SH, Cinta Cenat Cenut. Setelah itu, 7 icons juga membintangi TV series berjudul ‘Go Go Girls’ yang muncul setiap Senin di Trans TV. Sama seperti SM*SH single mereka ‘Playboy’ juga menggelitik dengan trademark nya ‘gak gak gak kuaaat’.

 2. Cherry Belle

 Kemunculan girlband ini tetap saja disebut-sebut sebagai plagiat dari SNSD setelah 7 icons. Nama mereka terdengar sangat cute dan manis. Cherry berarti manis dan Belle berarti cantik. Dapat disingkat menjadi Chibi yang berarti kecil atau lucu. Mereka hadir dengan single ‘Dilema’ yang sangat eyecatching dan berasal dari karakter vokal yang kuat. Setelah bersaing ketat melewati 3 tahap, jadilah Cherry Belle dengan personil Cherly, Angel, Wenda, Ryn, Christy, Felly, Devi, Gigi , Anisa.

3. Kilau

 Didirikan pada tanggal 12 Agustus 2009. Terdiri dari beberapa personil cantik nan seksi bernama Poppy Zahari atau Poza, Dian Kusumastuti atau Dee,  Aridiastri Erningpraja atau Ai, dan Olin. Dasar mereka adalah penari profesional dan koreografer yang sudah bertahun-tahun muncul di panggung sebagai pengiring artis terkenal, sebut saja Krisdayanti, Ruth Sahanaya, Erwin Gutawa, dan Glenn Friedly. Seiring waktu, mereka bertemu dengan perusahaan rekaman,  dan membentuk Kilau. Tak hanya jago menari mereka juga mempunyai suara yang enak didengar.

4. 5 Bidadari

 Terdiri dari lima cewek cantik bagai bidadari. Mereka hadir sebagai girlband dengan genre baru, yaitu dangdut

5. G String

  Berisi lima cewek cantik yang sporty, girly, dan seksi, mereka terbentuk pada pertengahan 2008. Single Honey, Bunny, Sweety tersebut menggambarkan kehidupan remaja yang riang dan romantis. Tak cuma mengandalkan vokal, mereka juga menyajikan koreografi yang apik dan menarik.

FAKTOR-FAKTOR MASUKNYA BUDAYA K-POP

Banyak faktor yang mendukung cepatnya K-pop masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Faktor pertama adalah globalisasi. Salah satu dampak seiringnya proses globalisasi dan perkembangan media adalah terciptanya budaya global (global culture).  Budaya global merupakan budaya dan nilai-nilai yang terbentuk dari proses transaksi dan pertukaran  global (Boli & Lechner, 2001).  Budaya global memungkinkan terciptanya satu kebiasaan, nilai dan budaya baru yang terjadi secara alamiah akibat aktivitas dan transaksi yang melibatkan banyak bangsa dan budaya. Dalam uraian Boli & Lechner, budaya global adalah akibat dari proses harmonisasi beragam latar budaya yang bertemu oleh karena adanya globalisasi.

Lantas, bagaimana implikasi tumbuhnya budaya global ini terhadap ekspansi Korean wave? Adanya budaya global ini membuat orang bisa lebih toleransi terhadap budaya yang berbeda. Sehingga, penetrasi budaya pop Korea (K-pop) ke negara lain – terutama negara di kawasan Asia – yang berbeda budaya menjadi lebih mudah. Orang tidak lagi menganggap budaya lain sebagai sesuatu yang asing dan berbahaya. Dengan tidak sadar, akhirnya penerimaan terhadap produk K-pop tidak sesulit ketika manusia masih sangat dipisahkan oleh perbedaan budaya dan batas negara.

            Faktor kedua akibat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi global. Perkembangan teknologi juga mendorong perkembangan media. Adanya  satelit, internet, handphone, komputer, telah menciptakan konvergensi media dan teknologi menjadi media baru. Media baru ini memungkinkan orang dari seluruh penjuru dunia mudah berkomunikasi dan bertukar informasi. Kemajuan teknologi ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia mengakses televisi luar negeri, termasuk dari Korea. Belum lagi internet yang menyediakan banyak situs gratis untuk mengakses K-pop seperti lewat Youtube maupun situs komunitas penggemar K-pop.

Faktor ketiga adalah adanya demokratisasi media di Indonesia. Demokratisasi memungkinkan warga Indonesia mengakses segala macam media tanpa ada sensor ketat dari pemerintah. Berbeda dengan masa sebelum reformasi ketika pemerintah masih sangat restriktif terhadap akses masyarakat ke media. Saat ini, Indonesia telah mengalami pergantian rezim yang berarti juga mengubah sistem pemerintahan dari otoriter menjadi demokratis. Kebebasan mengakses media telah dirasakan masyarakat Indonesia pada era ini. Tidak ada hambatan apapun bagi masyarakat untuk bermedia sesuka mereka.

Faktor keempat penyebab demam Korea adalah karena kulitas K-pop itu sendiri. Penggiat industri pop Korea tampaknya sangat memahami keinginan pasar Asia. Industri K-pop sangat total dalam membuat dan menyebarkan K-pop ke mancanegara, terutama di wilayah Asia. Dengan kualitas baik dan didukung oleh bintang yang rata-rata memang berpenampilan menarik, produk budaya pop Korea menjadi mudah disukai. Misalnya film Korea yang terbukti bagus dari segi ide, alur penceritaan dan kualitas teknologi filming sehingga membentuk basis penggemar yang cukup kuat. Ada juga grup-grup musik Korea seperti boyband atau girlband yang penggemarnya jutaan jumlahnya.

Konten K-pop mudah untuk disukai, terutama oleh kaum muda (www.sangyeon.pixelpoems.com/mywork.html). K-pop yang berupa film, drama, kartun, musik dan komik, kesemuanya mengandung konten yang ringan, populis, dan sangat kental dengan budaya Asia. Konten yang menarik tersebut tersebut dapat dilihat misalnya dalam film-film Korea. Film-film Korea juga banyak mengangkat tema cinta, namun dalam alurnya terasa sangat realistis, natural, romantis dan menyentuh. Berbeda dengan film Barat yang seringkali vulgar, film Korea masih cukup menjaga nilai-nilai ketimuran yang sopan. Selain itu, film-film Korea juga mengandung tema tragedi sekaligus juga mampu menyuguhkan humor yang segar dan menghibur. Faktor artis-artis dan penyanyi-penyanyi Korea pun cukup mampu menjual K-pop. Wajah rupawan namun sangat khas oriental ternyata menjadi jauh lebih digemari dibanding wajah Kaukasian ala artis Barat.

Faktor kelima karena adanya peran pemerintah Korea Selatan dalam mendukung ekspor K-pop. Pemerintah Korsel melalui Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata selalu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak di luar negeri untuk mempromosikan K-pop (www.kf.or.kr/koreana/14_2/main/content1.html). Misalnya saja, memberikan lisensi murah untuk penerbitan komik dan penayangan drama seri televisi yang sudah agak lama diproduksi. Selain itu, ke dalam negeri sendiri, pemerintah memberlakukan sensor cukup ketat bagi impor dan penayangan produk-produk budaya pop dari luar misalnya dari Korea Utara, Jepang atau China. Atas promosi gencar Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata pula K-pop sudah mampu menembus Amerika.

POLA PENGINJEKSIAN BUDAYA KOREA SELATAN

Dalam pembahasan bagaimana kebudayaan Korea Selatan ini mampu masuk ke dalam industry music Indonesia, maka penulis menggunakan 2 teori.

  1. Teori Baudrillard

Baudrillard mengatakan mengatakan bahwa

“ Konsumsi … merupakan sebuah sistem aksi dari manipulasi tanda … Supaya menjadi objek konsumsi, objek harus menjadi tanda “ (Baudrillard dalam Ritzer: 2003)

Pernyataan Baudrillard diatas, bila dikaitkan dengan masivnya pemberitaan mengenai K-Pop maka  dapat diterjemahkan sebagai berikut

.           Pihak produsen music mengkonsumsi music K-Pop secara mentah, mulai dari jenis music, tarian sampai make up yang ditampilkan oleh tayangan K-Pop. Bentuk mentah ini diterjemahkan kembali dalam bentuk yang lebih Indonesia dengan membentuk boyband ala Korea yang menyanyikan lagu berbahasa Indonesia, seperti boyband SMA*SH.  Boyband SMA*SH awalnya dituduh melakukan plagiat atas band Korea 1TYM, namun sesungguhnya itu adalah buktu konsumsi manipulasi tanda yang dijadikan objek konsumsi. Untuk menjadikan SMA*SH objek , maka SMA*SH harus dijadikan ‘tanda’ bahwa grup boyband ini merupakan bagian dari tanda K-POP.

  1. Teori Encoding-Decoding

Dalam model komunikasi televisual dari Hall (dalam Storey: 2007), sirkulasi makna dalam wacana televisual melewati 3 momen yang berbeda yaitu:

  1. Saat para professional media memaknai wacana televisual dari suatu laporan khusus (encoding)
  2. Setelah makna dan pesan berada pada wacana yang bermakna, maka aturan formal bahasa dan wacana  ‘bebas dikendalikan’
  3. Proses decoding dilakukan oleh khalayak, serangkaian cara lain dalam melihat dunia (‘idelogi) ‘bisa dengan bebas dilakukan’.

Poin 1 adalah saat perusahaan music memproduksi sebuah album , produsen ini mendapatkan idenya dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Fenomena yang terjadi di masyarakat dimaknai (encoding) oleh para produsen. Fenomena music K-Pop dimaknai (encoding) oleh para produser music.

Kemudian pada poin 2, produser music menjadikannya sebagai komoditas dan menuangkan tema K- Pop  ini ke dalam sebuah bentuk yang sama dengan tampilan music K-Pop. Misalnya : kelompok grup vocal , tarian, dandanan sampai pembentukan image.  Pembentukan image dibentuk dari segala bentuk dandanan, gaya bahasa yang mengidentifikasikan ciptaan para produser itu agar mirip seperti yang disampaikan di kebudayaan Korea Selatan / K-Pop

. Pada poin ke 3, ketika oleh produser music, produk ini dilincurkan ke depan public contoh : SMA*SH, maka public  melakukan decoding dengan melanjutkan pemaknaan baru dari K-POP. Pemaknaan baru ini menjadi cara baru bagi masyarakat untuk melihat dunia, dalam hal ini, representasi K-Pop dengan rasa Indonesia.

Proses encoding-decoding ini menunjukkan bahwa makna dibawa dari sebuah fenomena dalam masyarakat, diberi makna baru oleh produser musik, dan saat komoditas ini diterima oleh masyarakat, masyarakat kembali memaknai dengan cara mereka sendiri. Bila cara pemaknaan ini digunakan untuk membuka pemaknaan mengenai kekinian, maka dapat terlihat bentuk hegemoni music K-Pop pada produksi musik di Indonesia. Pembentukan boyband dan girl band yang dimirip-mirip kan seperti produksi Korea, memastikan bahwa decoding yang dilakukan oleh para produser music, baik di Korea Selatan maupun di Indonesia, telah ‘meracuni’ atau mempengaruhi tren music masa kini.

KESIMPULAN

            Dari tulisan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa media khususnya media internet memudahkan industry hiburan Korea Selatan untuk memaksimalkan pemasaran produk-produk nya. Produknya yang berupa boyband dan girlband dikonsumsi secara masiv oleh pengguna internet di Indonesia. Distribusinya yang tidak terhingga membuat produser-produser music di Indonesia menangkap fenomena ini dan melakukan decoding serta melakukan komodifikasi dengan menciptakan boyband dan girlband a la Korea .

            Konsep boyband dan girlband ini juga merubah konsep mengenai kecantikan dan ketampanan. Mulailah terjadi pergeseran bahwa perempuan yang cantik adalah perempuan yang imut, seperti yang direpresentasikan oleh girlband Girls Generation atau pria yang tampan adalah pria yang direpresentasikan oleh Super Junior. Sementara di Indonesia, dua konsep ini direpresentasikan oleh Cherry Belle dan SMA*SH.

Dan juga demi meraup konsumen dari jangkauan usia anak-anak, pruser music memproduksi Coboy Junior. Hal ini menunjukkan bahwa para produsen ini ingin menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sehingga mereka memasukkan pengaruh K-Pop bahkan pada pasar anak-anak.

            Kehadiran boyband dan Girlband a la Korea Selatan adalah bukti dari konsumsi tanda- nya Baudrillard dan proses encoding-decoding-nya Hall.. Dimana, para produser music, yang menentukan tren industry music di Indonesia, memilih untuk mengkonsumsi dan memproduksi kembali tanda yang berupa K-Pop ini.

 

Referensi:

http://boygirlband.wordpress.com/2011/12/20/daftar-boyband-indonesia/

 

http://koreanchingu.wordpress.com/2011/06/16/daftar-seluruh-boy-band-girl-band-indonesia/

http://info-mini.blogspot.com/2012/03/foto-coboy-junior-boyband-indonesia.html

http://www.mesuji.com/music/kenalan-sama-girl-band-indonesia

http://www.anekaremaja.com/2011/06/biodata-snsd-girls-generation-girldband.html

www.angelfire.com/pro/perpika/filmkorea.html

www.k-popped.com/2007/08/manhwa.htm

www.ugm.ac.id/files/suray_daryl/KsnBhys/hallyu.doc

www.sangyeon.pixelpoems.com/mywork.html

www.kf.or.kr/koreana/14_2/main/content1.html

www.world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_issue_detail.htm

www.suray.blogspot.com/2005/01/hallyu_html

http://international.ucla.edu/calendar/showevent.asp?eventid=6106

 

 

Boli. J and Lechner, F. J. 2001. Globalization and World Culture. Jurnal Online, International Encyclopedia of The Social and Behavioral Sciences.

 

Ritzer,George. 2003. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta:Kreasi Wacana

 

Storey, John. 2007. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta. Jalasutra

 

 


[1] perusahaan bakat utama, produser, dan penerbit musik pop Korea yang didirikan oleh Lee Soo Man
Sumber : http://www.bambang-gene.com/2012/01/sejarah-berdirinya-sm-entertainment.html#ixzz1v2UjcjUu

 

[2] Seorang calon artis yang sedang mengalami pelatihan di sebuah agensi

 

[3] Penampilan pertama di panggung atau televise (bagi artis) http://dictionary.reference.com/browse/debut

Leave a Comment